Muslimah Taklim Cyber diadakan oleh Rumah Muslimah Indonesia (Rumaisa) Korea Selatan bertemakan tentang Sejarah Dunia Islam. Pada edisi spesial kali ini Sejarah Palestina menjadi kajian utama. Hadir sebagai narasumber Saiful Bahri, dosen Universitas Muhammadiyah Jakarta yang juga merupakan Kaprodi Doktor Manajemen Pendidikan Islam Sekolah Pascasarjana UMJ. Kegiatan ini dilaksanakan pada Jumat malam, 17/11 secara daring untuk menjangkau audiens dari seluruh Korea Selatan.
Saiful mengupas lini masa sejarah Palestina dan Baitul Maqdis dari berbagai perspektif dan sudut pandang. Pendekatan ini digunakan agar audiens memahami secara global permasalahan yang terjadi di Palestina saat ini.
Pembahasan ini bersambung dengan Kajian Spesial Sabtu siang yang diadakan oleh Rumaisa Korea Selatan bekerjasama dengan Indonesian Muslim Students Society in Korea (IMUSKA) serta didukung oleh Human Initiative Korea Selatan dan Ikatan Keluarga Muslim Indonesia (IKMI) Korea Selatan. Acara ini dilaksanakan di Masjid Al-Falah, Seoul pada 18/11.Pada kesempatan kali ini Saiful memaparkan kajian tentang Palestina modern dan dan pembelaan terhadap Bangsa Palestina yang stateless. Setidaknya ada tiga pendekatan dalam membela Palestina.
Pertama, pendekatan ideologis sebagai seorang muslim. Terdapat Baitul Maqdis atau Masjid al-Aqsha di Palestina yang menjadi kiblat pertama umat Islam, masjid suci yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad saw untuk dikunjungi, juga pernah menjadi tempat Isra’ Mi’raj beliau. Shalat di dalamnya setara dengan shalat seribu kali di masjid lain. Baitul maqdis juga disebut sebagai ardu al-mansyar wa al-makhsyar yaitu nantinya menjadi tempat dibangkitkan dan dikumpulkannya manusia pada hari kiamat.
Kedua, pendekatan humanis sebagai manusia. Penjajahan, penjarahan, perampasan aset, pengusiran, penangkapan, intimidasi serta pembunuhan dan agresi brutal Israel terhadap Bangsa Palestina tentu tidak bisa diterima oleh manusia normal yang peduli dengan kebebasan, kemerdekaan dan keadilan yang menjadi hak semua bangsa dan manusia.
Ketiga, pendekatan historis. Lini masa sejarah membuktikan klaim Israel yang merasa bahwa Palestina adalah hak mereka menjadi kontradiktif dengan fakta sejarah. Selain itu, sebagai bangsa Indonesia yang pernah terjajah memiliki keterkaitan historis dengan Palestina. Di antaranya, sejarah kota Kudus, Masjid Al-Aqsha dan Gunung Muria, serta kafilah dakwah Walisongo dan Turki Usmani. Dukungan Palestina terhadap kemerdekaan Republik Indonesia di awal deklarasinya, dan peristiwa bersejarah KTT Asia Afrika menandakan kedekatan historis dengan Bangsa Palestina.
Kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat Saiful diakhiri dengan menjadi narasumber pada kajian Ahad pagi 19/11 yang dilaksanakan di Masjid al-Falah, Seoul. Para peserta kajian sudah memulai kegiatannya sejak Sabtu malam dengan tahsin al-Quran (pembelajaran dan tilawah al-Quran). Kajian Ahad pagi mengangkat tema tentang Survivalitas Mentality Para Nabi dengan pendekatan al-Quran. Saiful memaparkan makna survivalitas mentality. Kemudian menjelaskan penyebutan al-Quran terhadap nama-nama nabi dan rasul Allah. Selain itu terdapat lima nabi yang secara khusus disebut dengan ulul azmi.
Nabi Musa alaihissalam adalah nama nabi yang paling sering disebut di dalam al-Quran. Hal tersebut di antaranya memiliki hikmah bahwa kejadian-kejadian yang dialami oleh Nabi Musa juga akan berulang dan dialami oleh banyak dari umat manusia. Pada dasarnya kaum beriman -khususnya- bisa menjadikan kisah-kisah para nabi sebagai panduan menjalani kehidupannya. Terkadang pada peristiwa tertentu seperti berisisan dengan nabi fulan, dan pada kesempatan lainnya mirip dengan kejadian nabi yang lainnya. Perlu diketahui, sabda Nabi Muhammad saw yang menjelaskan bahwa manusia yang dengan ujian dan cobaan terberat adalah para nabi. Pembacaan visualisasi terhadap kisah-kisah para nabi akan menjadi hidup dan mudah untuk diteladani oleh siapapun yang mau menadabburi al-Quran.