Korea sudah memasuki musim gugur, tetapi cuacanya sudah lumayan dingin bahkan sudah minus. Namun kehangatan sekretariat Seoul Central Mosque (Masjid Seoul al-Markazi) membuat suasana dingin tersebut tidak terasa, karena sambutan dari Imam Besar Abdurrahman Lee yang sangat hangat dan penuh kekeluargaan. Saiful Bahri, dosen UMJ yang juga Kaprodi Doktor Manajemen Pendidikan berkesempatan berdialog dengan Imam Lee yang juga salah satu pimpinan Korea Muslim Federation (KMF) di kantornya di Itaewon, setelah Shalat Ashar pada Senin 13/11.
Saiful melakukan penelitian tentang pendidikan Islam dan pembelajaran Bahasa Arab di Korea Selatan. Pendidikan Agama Islam untuk kaum muslimin secara masif dikoordinir oleh KMF melalui kerjasama dengan berbagai lembaga dan organisasi, melalui sekolah-sekolah Islam yang tersebar di seluruh Korea Selatan. Pembelajaran Agama Islam, didapatkan di Masjid Agung Seoul juga di masjid-masjid yang tersebar di penjuru Korea Selatan.
Islamic Studies (pengkajian Islam) di kampus-kampus Korea Selatan tidaklah terlembaga secara khusus dalam bentuk program studi. Menariknya, justru pembelajaran Bahasa Arab memiliki daya tarik bagi warga Korea Selatan. Faktor curiosity, budaya Arab serta peluang kerja dan eksplorasi pengalaman menjadikan pembelajaran Bahasa Arab setidaknya resmi dipelajari dan ramai peminat di prodi Bahasa Asing di lima perguruan tinggi di Korea. Imam Lee, yang merupakan warga asli Korea Selatan dan alumni Universitas Islam di Madinah ini merekomendasikan untuk menemui beberapa nama guru besar dan akademisi di Busan University of Foreign Studies (BUFS) dan Hankuk University of Foreign Studies (HUFS).
Pernyataan Imam Lee ini juga senada dengan yang disampaikan oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Seoul Bapak Gogot Suharwoto yang ditemui Saiful di sela-sela kesibukan beliau di KBRI Seoul pada Selasa 14/11. Jumlah WNI di Korea Selatan saat ini lebih dari 50.000 jiwa, dan 2000 di antaranya merupakan pelajar dan mahasiswa di berbagai jenjang pendidikan di berbagai kampus di Korea Selatan. Pembinaan keislaman bagi WNI memang belum bisa menjangkau secara personal dan intensif. Namun keberadaan masjid-masjid dan komunitas sangat membantu. Di antaranya Masjid al-Falah di Seoul yang dirancang sebagai Center of Islamic Studies yang dikelola oleh Ikatan Keluarga Muslim Indonesia di Korea (IKMI). IKMI berdiri sejak tahun 1997. Setidaknya saat ini terdapat 56 Masjid dan Islamic Center di Korea Selatan yang dikelola oleh komunitas Indonesia. Harapannya pusat-pusat keislaman tersebut bisa menjadi pusat-pusat pembelajaran dan pendidikan Islam bagi WNI dan warga muslim dari berbagai negara juga warga muslim local (Korea Selatan). Semua kegiatan pembinaan dan pembelajaran keislaman di bawah koordinasi Korea Muslim Federation (KMF).
Kamis, 16/11 Saiful melakukan kunjungan ke Hankuk University dan disambut dengan hangat oleh Assoc Prof. Dr. Agus Sulaeman, dosen Indonesia yang juga merupakan satu dari 48 profesor asing yang mengajar di kampus ini. Sebelumnya, Saiful melakukan korespondensi dengan Prof. Dr. Salah Elgebily, asal Mesir. Prof Salah mengizinkan Saiful untuk sit in dalam kelasnya. Kebetulan jadwal siang itu adalah kajian al-Quran tentang Kisah Nabi Musa di Surah al-Qasash.
Jane, seorang mahasiswi asal Korea yang sangat fasih menyampaikan presentasinya dalam Bahasa Inggris. Jane juga cukup lancar dalam berbahasa Arab. Ia didampingi Hanan. Sesekali Prof Salah menimpali presentasinya dengan komentar dan tambahan. Para mahasiswa juga kritis dengan berbagai pertanyaan.
Usai kelas, Prof Salah mengajak untuk melanjutkan diskusi di restoran Subway, menu roti ikan tuna yang spesial disiapkan untuk menemani perbincangan seputar pembelajaran Agama Islam dan Bahasa Arab di kampus Hankuk. Ciri khas kedermawanan Arab terlihat dalam diri Prof Salah, pribadi yang sangat humble dan low profile ini sangat luar biasa. Setelah mempersilakan para tamu menyantap makanan ia mengatakan sedang berpuasa. Namun, suasana tersebut tak menghilangkan antusiasme percakapan dan perbincangan yang sangat akademik. Silaturahim dan silatul fikr bak gayung bersambut, Prof Salah sangat terbuka untuk melaksanakan kerjasama di masa mendatang dalam bentuk kegiatan akademik. Sebagaimana kampus-kampus Eropa dan Amerika, sosok Profesor di Hankuk University sangat memiliki otoritas kelas dan subyek serta support terhadap para mahasiswanya.